Ayah
ibu
Jangan
pernah melarang ku untuk menjenguk kalian walau hanya sekejap mata. Mungkin kalian tidak tahu betapa hebatnya
kalian dimataku atau mungkin kalian tidak tahu bagaimana rasanya merindukan orang orang
terkasih dalam hidup kalian. Ibu, mungkin kau belum pernah merasakan rindu yang teramat
sangat pada ibumu. Ayah, mungkin kau juga belum pernah merasakan kerinduan pada
ayah atau ibumu karena mungkin kau memilih jauh dari mereka sebagai wujud bakti
anak kepada orangtua.
Aku
pulang, tidak hanya sekedar meminta apa yang seharusnya kalian berikan. Aku
merindukan kalian. Tolong jangan larang aku untuk pulang. Banyak hal yang ingin
aku sampaikan. Ibarat aku sebuah laptop, aku butuh charger ketika baterai ku
habis. Charger ku adalah kalian: ayah ibu. bukan masalah seberapa lama aku
bertemu kalian. Yang penting aku bisa mengisi ulang baterai ku yang habis.
Mengisi ulang motivasi ku untuk tetap survive dalam menggapai cita-citaku di tanah perantauan ini.
Aku
kecewa ketika ayah melarangku untuk pulang. Mungkin kau punya pertimbangan lain
dalam melarangku tapi aku tidak tahu apa itu. Aku sangat menantikan hari
kepulanganku ke rumah. Tapi ketika ku meminta ijin untuk pulang, kau
melarangku. Betapa kecewanya diriku. Tanpa sadar, aku menitikkan air mata.
Hanya satu kata yang terpikirkan olehku “aku kecewa”.
Maafkan
aku, ayah ibu. aku belum mampu untuk menerima atau membalas sapaan kalian.
Mungkin saatnya nanti, aku bisa menghilangkan rasa kecewa ku. Sekali lagi maaf,
mungkin belum saatnya.
Ku
tulis di sebuah rumah kos di malam minggu yang sepi dengan ditemani secangkir
moccachino dan televisi.
14
oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar