Jumat, 28 Agustus 2015

The Truly Freedom

Ingin rasanya bisa terbang. Kalopun gak bisa terbang, aku mau terjun bebas dari ketinggian. Imajinasiku: ada sebuah jembatan panjang, tinggi, juga kokoh. Aku berdiri di tengahnya. Berikatan tali yang kuat, aku terjun. Sungai yang jernih pun menyambutku. Byur. Fresh. Dingin. That is the truly freedom. Where is it? Ada saatnya juga aku ingin melayang, mengepakkan sayap ku di langit. Memandang ke bawah. Tersenyum mengejek pada mereka yang di bawah. Look at me. I am free. Terus kukepakkan sayapku hingga aku menemukan puncak tertinggi, puncak terindah. Sunyi. Terang. Damai. Where is it? Jika kutelusur lebih jauh, hanya satu yang membuat segalanya belum mungkin yaitu selama kaki ini masih menginjak bumi. Selama itu juga The Truly Freedom gak akan pernah ada. Karena sesungguhnya kita hanya bisa beristirahat dengan tenang ketika kita sampai di rumah. Dan kita belum sampai rumah yang sesungguhnya.

Sabtu, running test, lotte 2

Kamis, 27 Agustus 2015

Job #1

Beberapa hari ini, banyak hal yang bener bener menyadarkanku bahwa hidup tak pernah terlihat benar. Why. Sekalipun kita uda jalan di jalan yang lurus, patuh sama rambu2 lalu lintas tetep aja ada orang yang gak sepaham sama kita. So complicated manusia itu. Gak ngerti lagi. Meskipun pengalaman hidupnya lebih banyak gak menjamin seseorang itu lebih bijak dalam mengambil keputusan. Kadang, gak habis pikir, why. Dan aku sekarang setuju kalo hidup itu emang kayak di hutan rimba. Siapa yang kuat, dia yang menang. What is the solution? Simple aja. Tetep senyum meski pahit. Biar pahit hanya milik kita. Ngadu, ngeluh sama Allah aja. That is the solution.