Minggu, 14 Oktober 2012

for my beloved in my life


Ayah ibu
Jangan pernah melarang ku untuk menjenguk kalian walau hanya sekejap mata.  Mungkin kalian tidak tahu betapa hebatnya kalian dimataku atau mungkin kalian tidak tahu bagaimana rasanya merindukan orang orang terkasih dalam hidup kalian. Ibu, mungkin kau belum pernah merasakan rindu yang teramat sangat pada ibumu. Ayah, mungkin kau juga belum pernah merasakan kerinduan pada ayah atau ibumu karena mungkin kau memilih jauh dari mereka sebagai wujud bakti anak kepada orangtua.
Aku pulang, tidak hanya sekedar meminta apa yang seharusnya kalian berikan. Aku merindukan kalian. Tolong jangan larang aku untuk pulang. Banyak hal yang ingin aku sampaikan. Ibarat aku sebuah laptop, aku butuh charger ketika baterai ku habis. Charger ku adalah kalian: ayah ibu. bukan masalah seberapa lama aku bertemu kalian. Yang penting aku bisa mengisi ulang baterai ku yang habis. Mengisi ulang motivasi ku untuk tetap survive dalam menggapai cita-citaku di tanah perantauan ini.
Aku kecewa ketika ayah melarangku untuk pulang. Mungkin kau punya pertimbangan lain dalam melarangku tapi aku tidak tahu apa itu. Aku sangat menantikan hari kepulanganku ke rumah. Tapi ketika ku meminta ijin untuk pulang, kau melarangku. Betapa kecewanya diriku. Tanpa sadar, aku menitikkan air mata. Hanya satu kata yang terpikirkan olehku “aku kecewa”.
Maafkan aku, ayah ibu. aku belum mampu untuk menerima atau membalas sapaan kalian. Mungkin saatnya nanti, aku bisa menghilangkan rasa kecewa ku. Sekali lagi maaf, mungkin belum saatnya.

Ku tulis di sebuah rumah kos di malam minggu yang sepi dengan ditemani secangkir moccachino dan televisi.
14 oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar